ini sepenggal tugass aku buat tanggal 2 maret...
1
Suhu
Bila virus dipanaskan 56 – 60ᵒ C selama 30 menit ( pasteurisasi ) akan
mengalami insktivitas dan virus akan menurun atau hilang daya infeksinya. Hal
ini karena protein (kapsid) mengalami denaturasi. Ada virus-virus yang tahan
panas seperti hepatitis, adenovirus dan scrapievirus sehingga tidak mengalami
inaktivitas. Virus yang dibeku keringkan ( liofilisasi, freze dried ) dan
disimpan pada suhu lemari es biasa ( 4-8ᵒ C ) bisa tahan hidup beberapa bulan
dan pada suhu -70ᵒ C bisa tahan bertahun – tahun.Vierus yang mempunyai
pembungkus cenderung kehilangan infektivitas setelah penyimpanan lama meskipun
pada suhu -90ᵒ C, terutama peka terhadap pembekuan dan pencairan yanng berulang-
ulang. Namun dengan adanya dimetilsukfosid (DMSO) dalam konsentrasi kurang dari
5%, virus – virus ini menjadi stabil ( Depkes RI, 1996 :19 ).
Karena virus hanya terdiri dari asan nukleat yang dikelilingi oleh protein,
virus sangat mudah dipengaruhi faktor – faktor luar. Pengetahuan tentang faktor
fisik dan kimiawi yang menghilangkan infektivitas virus penting tidak hanya
untuk desinfektasi dan antisepsis, tetapi juga dalam hubungannya dengan
pembuatan vaksin, isolasi virus dari bahan pemerikasaan dan pengawetan virus.
Pada umumnya virus sangat labil terhadap pengaruh panas. Kecuali virus
hepatitis B dan virus scrapie, pemaparan virus pada suhu 55 - 60ᵒC selama
beberapa menit menyebabakan denaturasi kapsid dan hilangnya infektivitas virion
akibat ketidakmampuannya melekat pada sel atau/dan gangguan pada proses
pelepasan selubung kapsid ( uncoating ). Bahkan pada suhu tubuhpun,
kehilangan infektivitas terjadi. Beberapa virus lebih stabil terhadap pengaruh
panas daripada virus lainnya. Adenovirus, enterovirus, papovavirus termasuk
virus relatif stabil terhadap pengaruh panas, sedangkan flavirus, Respiratory
syncytal virus termasuk yang relatif labil. Virus berselubung umumnya lebih
labil terhadap pengaruh panas daripada virus ikosahendral telanjang. Dapat
dikatakan bahwa waktu paruh untuk hampir semua virus dapat dihitung dalam detik
pada suhu 60ᵒC, menit pada suhu 37ᵒC, jam pada 20ᵒC, hari pada 4ᵒC, bulan
s/d tahun pada suhu lebih rendah atau sama dengan minus 70ᵒC.karena itu untuk
penyimpanan jangka lama, suspensi virus harus disimpan pada suhu sangat rendah
atau dengan cara liofilisasi (freeze-drying) ( Mikrobiologi Kedokteran,
1993 :248-249 ).
Pada suhu 50 – 60 C selam 30 menit maka daya infeksinya hilang atau berkurang
(INAKTIVASI).Virus dapat disimpan dengan diLiofilisasi (dibekukeringkan) dan
masih mempunyai daya infeksi.Virus akan kehilangan infeksitas setelah
penyimpanan tetapi dengan Dimetil Sulfoxida (DMSO) konsentrasi 5%, virus
menjadi lebih stabil.Daya infeksi virus :
-
Pada suhu kamar à tetap.
-
Pada suhu ± 4C à tahan selama bertahun-tahun.
-
20 s/d. -70
C à akan tahan lebih lama lagi
(aaknasional.files.wordpress.com)
2.2
Stabilitasi virus dengan Garam-Garam
Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam dalam
konsentrasi tertentu (molar tertentu ). Dengan penambahan garam – garam
tersebut virus akan tetap infektif dan tahan terhadap pemanasan pada suhu 80ᵒC
selama 1 jam. Mekanisme stabilisasi virus dengan cara ini belum diketahui
misalnya:
· MgCl2 1 mol dapat menstabilkan virus
– virus polio, Echo, Coxsackie . Rhinovirus, Reovirus.
· MgSO4 1 mol menstbilkan virus
influenza, para influenza, Morbilli dan Mumps.
· Na2SO4 1 mol terhadap virus herpes
Herpes Simplex. Herpes zoster.
Adakalanya
efek stabilisasi dengan garam ini digunakan untuk membunuh virus kontaminan.
Misalnya pada pembuatan vaksin Polio Sabin. Vaksin ini dibuat dengan cara
menanan virus dalam biakan jaringan ginjal kera Rhesus. Kera ini mungkin saja
mengandung virus SV 40 tanpa menunjukkan gejala sakit, sedangkan menurut
penelitian virus SV 40 ini bisa menyebabkan sarkoma pada hamster. Dan suda
dibuktikan pula bahwa virus SV 40 berhasil ditemukan kembali dari tinja orang
yang sudah divaksinasi. Untuk mencegahnya maka virus Polio yang sudah dipanen
dari biakan jaringan ginjal kera tadi diberi MgCl2 1 mol, panaskan 60ᵒC 1 jam,
virus polio tidahk inaktifikasi tetapi virus SV 40 mati ( Depkes RI, 1996 :19
).
Diketahui pula bahwa beberapa jenis garam bersifat sebagai stabilisator.
Larutan garam MgCl2 ; MgSO4 ; Na2SO4
secara
berturut-turut dapat mempertinggi stabilitas enterovirus, sebagai rhinovirus,
reovirus;myxovirus, rubella virus; dan herpesvirus. Dengan cara menambahkan MgCl2 misalnya, enterovirus tahan
suhu pemanasan 56ᵒC selam 1 jam (Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249).
Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam pada konsentrasi
tertentu.Senyawa yang dipakai :MgCl2, (Virus Polio, Echo, Coxsackie,
Rhijovirus), MgSO4, (Virus Influenza, Morbili), Na2SO4.
(Virus Herpes Simplek) (aaknasional.files.wordpress.com)
2.3
Derajat keasaman ( PH )
Virus biasanya hidup subur pada PH 5 – 7,5 dan diluar suhu tersebut virus akan
mati atau inaktif, kecuali golongan Arbovirus yang tahan sampai PH 9. Dan yang
paling baik virus biasanya hidup pada PH 7,0 – 7,4 oleh karena itu setiap
buffer yang digunakan untuk mengelola virus serta untuk kepentingan tes
serelogis biasanya digunakan PH 7,0 – 7,4 ( Depkes RI, 1996 :19 ).
Suspensi virus lebih baik bila terdapat dalam larutan isotonik dan
PH faali, walaupun demikian batas toleransinya cukup luas. Dalam hubungannya
dengan PH dikenal tes stabilitas terhadap PH rendah dan yang berguna
untuk membedakan Enterovirus dan Rhinovirus. Pada tes ini virus di suspensikan
dalam larutan dengan PH 3,0 dan di eram selama 3 jam, kemudian infektivitasnya
diukur. Enterovirus bersifat stabil, sedangkan Rhinovirus dan rubella
virus tidak stabil ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
Virus hidup pada pH 5.0 – 9.0.Hidup baik pada pH 7.0 – 7.4.sehingga setiap
buffer yang digunakan untuk mengolah virus dan untuk tes serologis digunakan pH
7.0 – 7.4.Virus yang dapat bertahan pada pH 9.0 sedikit sekali, hanya golongan
Arbovirus (aaknasional.files.wordpress.com).
2.4
Radiasi
Pada umumnya sinar X ( sinar rontgen ), ultra violet (UV) dan partikel
berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus.
Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus( Depkes RI, 1996 :21 ).
Semua virus dapat diinaktifkan oleh radiasi elektro magnetik, terutama sinar
pengion dan sinar gelombang pendek. Sinar X menginaktifkan virus dengan cara
memecah asam nukleat. Oleh karena itu inaktivasi oleh sinar X pada virus dengan
asam nukleat rantai tunggal lebih efektif dari pada virus dengan asam nukleat
rantai ganda. Sinar ultra ungu juga merusak asam nukleat yaitu dengan
terjadinya ikatan kovalen antara 2 molekul pirimidin berdekatan membentuk
derivat siklobutan, akhirnya mengakibatkan ketidak mampuan asam nukleat bereplikasi
dan juga mungkin translasi . Selain itu sinar ultra ungu menyebabkan ikatan
silang(cross link) antara 2 rantai DNA dan pembentukan fotohidtrat(derivat 6
hidroksi 5-6 dihidro) yang keduanya berperan dalam mekanisme inaktivasi. Pada
dosis radiasi sangat tinggi, selain asam nukleat , kapsidpun menjadi rusak
sehingga virus kehilangan kemampuan untuk mengadakan interferensi,
haemaglutinasi dan sifat-sifat khas keantigenannya( Mikrobiologi Kedokteran,
1993 :248-249 ).
Sinar X ( Rontgen), Ultraviolet (UV) dan partikel berenergi tinggi dapat
menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus. Dosisnya bervariasi untuk
setiap jenis virus (aaknasional.files.wordpress.com).
2.5
Pengecatan Vital
Virus dapat ditembus sampai tingakat tertentu oleh zat warna vital, seperti
toluidin blue, Netral Red, proflavin atau acridin orange. Zat warna ini akan
diserap dan mengikat asam nukleat virus sehingga virus akan menjadi peka
terhadap cahaya biasa dan virus akan diinaktivasi. Cara inaktivasi seperti ini
disebut inaktivasi fotodinamik ( Depkes RI, 1996 :21 ).
Diketahui
pula bahwa virion dapat berinteraksi dengan zat warna seperti biru metilen,
merah netral, sedemikian rupa sehingga iluminasi oleh cahaya akan
menginaktifkan virus tersebut. Fenomena tersebut dikenal sebagai efek
fotodinamik ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
Virus dapat ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna vital (toluidin
blue, neutral red, proflavin, acridin orange), zat- ini akan tetap terikat dengan
asam nukleat virus. Sehingga virus akan peka terhadap cahaya biasa dan
akan kehilangan daya infeksinya. à INAKTIVASI FOTODINAMIK
(aaknasional.files.wordpress.com).
0 komentar:
Posting Komentar