2/18/2013

pengaruh fisika dan kimia


 ini sepenggal tugass aku buat tanggal 2 maret...

1     Suhu
            Bila virus dipanaskan 56 – 60ᵒ C selama 30 menit ( pasteurisasi ) akan mengalami insktivitas dan virus akan menurun atau hilang daya infeksinya. Hal ini karena protein (kapsid) mengalami denaturasi. Ada virus-virus yang tahan panas seperti hepatitis, adenovirus dan scrapievirus sehingga tidak mengalami inaktivitas. Virus yang dibeku keringkan ( liofilisasi, freze dried ) dan disimpan pada suhu lemari es biasa ( 4-8ᵒ C ) bisa tahan hidup beberapa bulan dan pada suhu -70ᵒ C bisa tahan bertahun – tahun.Vierus yang mempunyai pembungkus cenderung kehilangan infektivitas setelah penyimpanan lama meskipun pada suhu -90ᵒ C, terutama peka terhadap pembekuan dan pencairan yanng berulang- ulang. Namun dengan adanya dimetilsukfosid (DMSO) dalam konsentrasi kurang dari 5%, virus – virus ini menjadi stabil ( Depkes RI, 1996 :19 ).
            Karena virus hanya terdiri dari asan nukleat yang dikelilingi oleh protein, virus sangat mudah dipengaruhi faktor – faktor luar. Pengetahuan tentang faktor fisik dan kimiawi yang menghilangkan infektivitas virus penting tidak hanya untuk desinfektasi dan antisepsis, tetapi juga dalam hubungannya dengan pembuatan vaksin, isolasi virus dari bahan pemerikasaan dan pengawetan virus. Pada umumnya virus sangat labil terhadap pengaruh panas. Kecuali virus hepatitis B dan virus scrapie, pemaparan virus pada suhu 55 - 60ᵒC selama beberapa menit menyebabakan denaturasi kapsid dan hilangnya infektivitas virion akibat ketidakmampuannya melekat pada sel atau/dan gangguan pada proses pelepasan selubung kapsid ( uncoating ). Bahkan pada suhu tubuhpun, kehilangan infektivitas terjadi. Beberapa virus lebih stabil terhadap pengaruh panas daripada virus lainnya. Adenovirus, enterovirus, papovavirus termasuk virus relatif stabil terhadap pengaruh panas, sedangkan flavirus, Respiratory syncytal virus termasuk yang relatif labil. Virus berselubung umumnya lebih labil terhadap pengaruh panas daripada virus ikosahendral telanjang. Dapat dikatakan bahwa waktu paruh untuk hampir semua virus dapat dihitung dalam detik pada suhu  60ᵒC, menit pada suhu 37ᵒC, jam pada 20ᵒC, hari pada 4ᵒC, bulan s/d tahun pada suhu lebih rendah atau sama dengan minus 70ᵒC.karena itu untuk penyimpanan jangka lama, suspensi virus harus disimpan pada suhu sangat rendah atau dengan cara liofilisasi (freeze-drying) ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
            Pada suhu 50 – 60 C selam 30 menit maka daya infeksinya hilang atau berkurang (INAKTIVASI).Virus dapat disimpan dengan diLiofilisasi (dibekukeringkan) dan masih mempunyai daya infeksi.Virus akan kehilangan infeksitas setelah penyimpanan tetapi dengan Dimetil Sulfoxida (DMSO) konsentrasi 5%, virus menjadi lebih stabil.Daya infeksi virus :
-          Pada suhu kamar à tetap.
-          Pada suhu ± 4C   à tahan selama bertahun-tahun.
-          20 s/d. -70 C     à akan tahan lebih lama lagi
(aaknasional.files.wordpress.com)

2.2     Stabilitasi virus dengan Garam-Garam
Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam dalam konsentrasi tertentu (molar tertentu ). Dengan penambahan garam – garam tersebut virus akan tetap infektif dan tahan terhadap pemanasan pada suhu 80ᵒC selama 1 jam. Mekanisme stabilisasi virus dengan cara ini belum diketahui misalnya:
·         MgCl2  1 mol dapat menstabilkan virus – virus polio, Echo, Coxsackie . Rhinovirus, Reovirus.
·         MgSO4  1 mol menstbilkan virus influenza, para influenza, Morbilli dan Mumps.
·         Na2SO4  1 mol terhadap virus herpes Herpes Simplex. Herpes zoster.
Adakalanya efek stabilisasi dengan garam ini digunakan untuk membunuh virus kontaminan. Misalnya pada pembuatan vaksin Polio Sabin. Vaksin ini dibuat dengan cara menanan virus dalam biakan jaringan ginjal kera Rhesus. Kera ini mungkin saja mengandung virus SV 40 tanpa menunjukkan gejala sakit, sedangkan menurut penelitian virus SV 40 ini bisa menyebabkan sarkoma pada hamster. Dan suda dibuktikan pula bahwa virus SV 40 berhasil ditemukan kembali dari tinja orang yang sudah divaksinasi. Untuk mencegahnya maka virus Polio yang sudah dipanen dari biakan jaringan ginjal kera tadi diberi MgCl2  1 mol, panaskan 60ᵒC 1 jam, virus polio tidahk inaktifikasi tetapi virus SV 40 mati ( Depkes RI, 1996 :19 ).
            Diketahui pula bahwa beberapa jenis garam bersifat sebagai stabilisator. Larutan garam MgCl2 ; MgSO4 ; Na2SO4 secara berturut-turut dapat mempertinggi stabilitas enterovirus, sebagai rhinovirus, reovirus;myxovirus, rubella virus; dan herpesvirus. Dengan cara menambahkan MgCl2  misalnya, enterovirus tahan suhu pemanasan 56ᵒC selam 1 jam (Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249).
            Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam pada konsentrasi tertentu.Senyawa yang dipakai :MgCl2, (Virus Polio, Echo, Coxsackie, Rhijovirus),  MgSO4, (Virus Influenza, Morbili), Na2SO4. (Virus Herpes Simplek) (aaknasional.files.wordpress.com)
2.3     Derajat keasaman ( PH )
          Virus biasanya hidup subur pada PH 5 – 7,5 dan diluar suhu tersebut virus akan mati atau inaktif, kecuali golongan Arbovirus yang tahan sampai PH 9. Dan yang paling baik virus biasanya hidup pada PH  7,0 – 7,4 oleh karena itu setiap buffer yang digunakan untuk mengelola virus serta untuk kepentingan tes serelogis biasanya digunakan PH 7,0 – 7,4 ( Depkes RI, 1996 :19 ).
            Suspensi  virus  lebih baik bila terdapat dalam larutan isotonik dan PH faali, walaupun demikian batas toleransinya cukup luas. Dalam hubungannya dengan PH  dikenal tes stabilitas terhadap PH rendah dan yang berguna untuk membedakan Enterovirus dan Rhinovirus. Pada tes ini virus di suspensikan dalam larutan dengan PH 3,0 dan di eram selama 3 jam, kemudian infektivitasnya diukur. Enterovirus bersifat stabil, sedangkan  Rhinovirus dan rubella virus tidak stabil ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
            Virus hidup pada pH 5.0 – 9.0.Hidup baik pada pH 7.0 – 7.4.sehingga setiap buffer yang digunakan untuk mengolah virus dan untuk tes serologis digunakan pH 7.0 – 7.4.Virus yang dapat bertahan pada pH 9.0 sedikit sekali, hanya golongan Arbovirus (aaknasional.files.wordpress.com).
2.4     Radiasi
          Pada umumnya sinar X ( sinar rontgen ), ultra violet (UV) dan partikel berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus. Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus( Depkes RI, 1996 :21 ).
            Semua virus dapat diinaktifkan oleh radiasi elektro magnetik, terutama sinar pengion dan sinar gelombang pendek. Sinar X menginaktifkan virus dengan cara memecah asam nukleat. Oleh karena itu inaktivasi oleh sinar X pada virus dengan asam nukleat rantai tunggal lebih efektif dari pada virus dengan asam nukleat rantai ganda. Sinar ultra ungu juga merusak asam nukleat yaitu dengan terjadinya ikatan kovalen antara 2 molekul pirimidin berdekatan membentuk derivat siklobutan, akhirnya mengakibatkan ketidak mampuan asam nukleat bereplikasi dan juga mungkin translasi . Selain itu sinar ultra ungu menyebabkan ikatan silang(cross link) antara 2 rantai DNA dan pembentukan fotohidtrat(derivat 6 hidroksi 5-6 dihidro) yang keduanya berperan dalam mekanisme inaktivasi. Pada dosis radiasi sangat tinggi, selain asam nukleat , kapsidpun menjadi rusak sehingga virus kehilangan kemampuan  untuk mengadakan interferensi, haemaglutinasi dan sifat-sifat khas keantigenannya( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
            Sinar X ( Rontgen), Ultraviolet (UV) dan partikel berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus. Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus (aaknasional.files.wordpress.com).

2.5     Pengecatan Vital
            Virus dapat ditembus sampai tingakat tertentu oleh zat warna vital, seperti toluidin blue, Netral Red, proflavin atau acridin orange. Zat warna ini akan diserap dan mengikat asam nukleat virus sehingga virus akan menjadi peka terhadap cahaya biasa dan virus akan diinaktivasi. Cara inaktivasi seperti ini disebut inaktivasi fotodinamik ( Depkes RI, 1996 :21 ).
 Diketahui pula bahwa virion dapat berinteraksi dengan zat warna seperti biru metilen, merah netral, sedemikian rupa sehingga iluminasi oleh cahaya akan menginaktifkan virus tersebut. Fenomena tersebut dikenal sebagai efek fotodinamik ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
            Virus dapat ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna vital (toluidin blue, neutral red, proflavin, acridin orange), zat- ini akan tetap terikat dengan asam nukleat virus.  Sehingga virus akan peka terhadap cahaya biasa dan akan kehilangan daya infeksinya. à INAKTIVASI FOTODINAMIK
(aaknasional.files.wordpress.com).

0 komentar:

Posting Komentar