1/20/2013
1/13/2013
aviditas anti CMV IGg
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
·
Memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Imunoserologi
·
Menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan
·
Tukar menukar informasi
B. Pendahuluan
Cytomegalovirus
(CMV)
Penyakit yang
disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat
bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan
infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa
disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital
biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang,
jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang
telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada
ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan
pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi
mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya
CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat
mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen,
dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui
tranfusi
Cytomegalovirus
yang menyerang manusia adalah satu dari beberapa virus khusus yang menimbulkan
penyakit yang sama pada beragam hewan. Semuanya dikaitkan dengan terjadinya
pembesaran sel yang terinfeksi virus, sehingga dinamakan cytomegalo.
Karakteristik cytomegalovirus adalah sebagai berikut:
1. Cytomegalovirus termasuk famili
herpesvirus
2. Diameter virion: 100-200
manomikron
3. Mempunyai selubung (envelop)
4. Bentuk incosahedral nukleokapsid
5. Asam nukleat: DNA
BAB II
ISI
A. Pengertian
B. Penyebab Penyakit
Cytomegalovirus
atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut
herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila
menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam
tubuh penderita seumur hidupnya.
Infeksi CMV disebabkan oleh virus
Cytomegalo dengan insiden 0,2% sampai 2,2%.. Cytomegalovirus atau disingkat CMV
merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut herpesviridae.
CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang
dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita
seumur hidupnya. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat
tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi
yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
C. Penyebaran
Virus CMV ada dalam cairan tubuh
pasien CMV dan ditularkan melalui kontak selaput lendir (mulut dan kelamin).
Selain itu, penularan CMV bisa melalui transfusi darah, dan pada bayi umumnya
tertular pada saat masih dalam kandungan atau dari ASI.
D. Gejala klinis
Akibat
dari terinfeksi CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya. Gejala dapat
bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal, bahkan ada juga yang
tanpa gejala.
Karena dapat
menyerang hampir semua organ, gejalanya sangat bervariasi tergantung dari organ
yang diserang. Biasanya CMV menyebabkan demam, penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia) dan letih- lesu. Gejalanya dapat ringan hingga berat. Kreatinin
dapat meningkat pada pasien cangkok ginjal dengan infeksi CMV. Infeksi pada
paru-paru menimbulkan sesak dan batuk. Pada sistem cerna seperti misalnya
lambung dan usus, infeksi CMV menyebabkan mual, muntah dan diare. Ensefalitis
(otak) CMV dapat menyebakan kejang, nyeri kepal, dan koma. Apabila penderita
sedang hamil, CMV bisa menginfeksi janin dan mengakibatkan gangguan pada organ
tertentu janin.
.
Infeksi
CMV tidak menyebabkan gejala yang khas, tetapi orang yang terinfeksi CMV akan
membentuk antibodi yang spesifik terhadap CMV. Ada 2 jenis antibodi yang
dibentuk dan dapat dideteksi di dalam darah penderita yaitu anti-CMV IgM dan
anti-CMV IgG.
Anti-CMV IgM merupakan antibodi yang pertama kali diproduksi
tubuh sebagai respon terhadap infeksi CMV. Anti-CMV IgM muncul dalam waktu 1-2
minggu setelah terpapar virus. Produksi anti-CMV IgM meningkat dalam waktu
singkat, kemudian menurun, dan dalam beberapa bulan kadarnya sangat rendah
sehingga tidak terdeteksi. Anti-CMV IgG diproduksi tubuh beberapa minggu
setelah infeksi dan akan menetap dalam waktu lama bahkan sepanjang hidupnya.
Pada saat infeksi aktif, anti-CMV IgG meningkat kemudian stabil pada saat
infeksi mereda, dan kadarnya menurun pada saat virus sudah tidak aktif lagi.
Anti-CMV IgG dan anti-CMV IgM dapat digunakan secara bersama-sama untuk
membantu memastikan infeksi baru atau berulang.
Ibu hamil dinyatakan mengalami infeksi CMV primer bila hasil
pemeriksaan anti-CMV IgG sebelum hamil negatif dan hasil pemeriksaan anti-CMV
IgG pada saat hamil positif. Jika hasil pemeriksaan sebelum hamil tidak
diketahui, maka diagnosis infeksi CMV dapat dipastikan dengan hasil pemeriksaan
anti-CMV IgM dan anti-CMVIgG saat hamil yang positif.
Virus CMV pada wanita hamil dapat berakibat pada janin yang
dikandungnya dengan manifestasi berbeda (disebut Fetal CMV Syndrome), misalnya
kuning (ikterus), pembesaran hati (hepatomegali) & limpa, kerusakan atau
hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata/otak, ketulian, gangguan mental,
kulit kering, radang paru, kerusakan sel-sel pada SSP, dan sebagainya. Umumnya,
bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah, (semuanya termasuk
gejala-gejala umum CMV). Dari 10.000 kasus, hanya 5-10 bayi
terinfeksi CMV timbul gejala yang sama.
Seperti anggota keluarga virus herpes lainnya, CMV dapat
aktif kembali bila daya tahan tubuh pengidapnya menurun, pada umumnya tetap
tidak memberikan tanda-tanda atau gejala klinis.
Menyerang Organ Janin
Virus CMV pada
wanita hamil dapat berakibat pada janin yang dikandungnya dengan manifestasi
berbeda-beda, misalnya kulit berwarna kuning, pembesaran hati dan
limpa, kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak,
gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang.
Umumnya janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah.
E. Diagnosa
Diagnosis infeksi Cytomegalovirus
dilakukan dengan cara kultur virus ini, merupakan metode pilihan. Pemeriksaan serologis
yang sering dipakai adalah prinsip Latex Aglutination atau EIA. Dapat
juga dengan menggunakan pewarnaan (hematoxylin-eosin, Giemsa) pada benda
inklusi di dalam sel epitel sedimen urine yang segar, pemeriksaan histologi dan
kultur urine, atau jaringan yang terinfeksi. Selain itu, pemeriksaan dapat juga
dengan cara hibridisasi DNA atau dengan teknik PCR.
Titer antibodi
CMV baru dapat dideteksi empat minggu setelah infeksi primer. Titer antibodi
ini akan tetap tinggi sampai beberapa tahun setelah infeksi. Peningkatan titer
antibodi sampai empat kali atau titer antibodi yang tetap tinggi, menunjukkan
adanya infeksi CMV. Pemeriksaan IgM anti-CMV diperlukan untuk menentukan adanya
infeksi yang sedang aktif
F. Pemeriksaan Lab
Metode
|
:
|
ELFA
|
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Virus
CMV ada dalam cairan tubuh pasien CMV dan ditularkan melalui kontak selaput
lendir (mulut dan kelamin). Selain itu, penularan CMV bisa melalui transfusi
darah, dan pada bayi umumnya tertular pada saat masih dalam kandungan atau dari
ASI.
Akibat
dari terinfeksi CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya. Gejala dapat
bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal, bahkan ada juga yang
tanpa gejala.
DAFTAR PUSTAKA
http://healindonesia.com/2009/10/05/cytomegalovirus-virus-bandel-yang-harus-diwaspadai/
Langganan:
Postingan (Atom)